Minggu, 12 April 2009

lima peri terbang sudah

di suatu senja, cuaca tidak bersahabat. matahari yang seharusnya tenggelam tidak terlihat sama sekali. awan tebal, gelap sekali. tidak bersahabat memang. saya memandangi langit sekali lagi, ia tidak berubah. memandangi saya dengan kejam. ia sedang menyusun rencana.
untuk kesekian kalinya saya memandang langit, ia mulai tersenyum kemudian tertawa. hujan mulai turun, langit bertambah gelap. saya hanya bisa menggigil menahan dingin dibawah terpaan hujan. bersembunyi di balik mantel hujan yang mulai sobek ujungnya.
sudah pluhan menit, hujan semakin tajam menancapkan taringnya di permukaan kulit saya. sayang sekali, matel hujan biru tua ini tidak bisa melindungi saya sepenuhnya, tangan dan kaki saya terjebak di luar perlindungan.
saya menghela napas, akhirnya kendaraan saya mencapai tujuannya. jalanan basah,airtergenang dimana-mana, langit juga masih tertawa lebar memuntahkan hujan. tidak melepaskan mantel hujan hingga masukkedalamrumah adalah ungkapan perasaan syukur saya akan hujan yang datang hari ini.